Lompat ke konten

Apa itu Bipartit dan Tripartit? (Dan 8 Sarana Pelaksanaan Hubungan Industrial)

<span class&equals;"span-reading-time rt-reading-time" style&equals;"display&colon; block&semi;"><span class&equals;"rt-label rt-prefix">Bacaan<&sol;span> <span class&equals;"rt-time"> 5<&sol;span> <span class&equals;"rt-label rt-postfix">menit<&sol;span><&sol;span><div class&equals;"wp-block-image">&NewLine;<figure class&equals;"aligncenter size-full"><img src&equals;"https&colon;&sol;&sol;www&period;rifaihadi&period;com&sol;wp-content&sol;uploads&sol;2022&sol;09&sol;apa-itu-bipartit-dan-tripartit&period;jpg" alt&equals;"apa itu bipartit dan tripartit" class&equals;"wp-image-9378"&sol;><&sol;figure><&sol;div>&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Dalam perselisihan hubungan industrial&comma; ada yang disebut bipartit dan tripartit&period; Dan bagi kalangan pekerja&sol;buruh&comma; mungkin sudah sering mendengar kedua istilah tersebut&period; Namun tidak sedikit pula dari kita yang belum mengetahui apa itu bipartit dan tripartit&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Untuk itu&comma; artikel ini secara khusus membahas tentang apa itu bipartit dan apa itu tripartit&period; Bipartit dan tripartit sendiri terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan &lpar;UU <a href&equals;"https&colon;&sol;&sol;www&period;rifaihadi&period;com&sol;tentang-ketenagakerjaan-dan-dasar-hukum&sol;" target&equals;"&lowbar;blank" rel&equals;"noreferrer noopener">Ketenagakerjaan <strong>&UpperRightArrow;<&sol;strong><&sol;a>&rpar; sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja &lpar;UU Cipta Kerja&rpar;&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Di samping itu&comma; juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial &lpar;UU PPHI&rpar; serta <a href&equals;"https&colon;&sol;&sol;www&period;rifaihadi&period;com&sol;jenis-dan-hierarki-peraturan-perundang-undangan&sol;" target&equals;"&lowbar;blank" rel&equals;"noreferrer noopener">peraturan perundang-undangan <strong>&UpperRightArrow;<&sol;strong><&sol;a> lainnya&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Untuk meringkas pembahasan&comma; mari simak apa itu Bipartit dan Tripartit&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<h2 class&equals;"wp-block-heading">Apa itu Bipartit dan Tripartit<&sol;h2>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Secara terpisah&comma; di bawah ini memberikan pengertian bipartit dan tripartit&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<h3 class&equals;"wp-block-heading">Apa itu Bipartit&quest;<&sol;h3>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Bipartit adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja&sol; serikat buruh yang sudah tercatat instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja&sol;buruh<a href&equals;"&num;&lowbar;ftn1" id&equals;"&lowbar;ftnref1">&lbrack;1&rsqb;<&sol;a>&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia &lpar;KBBI&rpar; menyebutkan <a href&equals;"https&colon;&sol;&sol;kbbi&period;kemdikbud&period;go&period;id&sol;entri&sol;bipartit" target&equals;"&lowbar;blank" rel&equals;"noreferrer noopener">Bipartit <strong>&UpperRightArrow;<&sol;strong><&sol;a> adalah sistem hubungan perburuhan yang melibatkan dua pihak&comma; yaitu serikat buruh dan pengusaha&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Dapat disimpulkan bahwa Bipartit adalah lembaga yang dibentuk dalam usaha menyelesaikan masalah perburuhan&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<h3 class&equals;"wp-block-heading">Perundingan Bipartit<&sol;h3>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja&sol;buruh atau serikat pekerja&sol;serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial dalam satu perusahaan<a id&equals;"&lowbar;ftnref2" href&equals;"&num;&lowbar;ftn2">&lbrack;2&rsqb;<&sol;a>&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<h3 class&equals;"wp-block-heading">Lembaga Kerja Sama Bipartit<&sol;h3>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Menurut ketentuan Pasal 106 UU Ketenagakerjaan menyebutkan secara lengkap sebagai berikut&colon;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<ol class&equals;"wp-block-list" type&equals;"1"><li>Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 &lpar;lima puluh&rpar; orang pekerja&sol; buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit&period; Artinya&comma; pada perusahaan dengan jumlah pekerja&sol;buruh kurang dari 50 &lpar;lima puluh&rpar; orang&comma; komunikasi dan konsultasi masih dapat dilakukan secara individual dengan baik dan efektif&period; Pada perusahaan dengan jumlah pekerja&sol;buruh 50 &lpar;lima puluh&rpar; orang atau lebih&comma; komunikasi dan konsultasi perlu dilakukan melalui sistem perwakilan&period;<&sol;li><li>Lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud dalam ayat &lpar;1&rpar; berfungsi sebagai forum komunikasi&comma; dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan&period;<&sol;li><li>Susunan keanggotaan lembaga kerja sama bipartit sebagaimana dimaksud dalam ayat &lpar;2&rpar; terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja&sol;buruh yang ditunjuk oleh pekerja&sol;buruh secara demokratis untuk mewakili kepentingan pekerja&sol;buruh di perusahaan yang bersangkutan&period;<&sol;li><&sol;ol>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<h3 class&equals;"wp-block-heading">Apa itu Tripartit&quest;<&sol;h3>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi&comma; konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha&comma; serikat pekerja&sol;serikat buruh&comma; dan pemerintah<a href&equals;"&num;&lowbar;ftn3" id&equals;"&lowbar;ftnref3">&lbrack;3&rsqb;<&sol;a>&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Sementara KBBI menyebutkan <a href&equals;"https&colon;&sol;&sol;kbbi&period;kemdikbud&period;go&period;id&sol;entri&sol;tripartit" target&equals;"&lowbar;blank" rel&equals;"noreferrer noopener">Tripartit <strong>&UpperRightArrow;<&sol;strong><&sol;a> adalah tiga pihak&colon;<em>&nbsp&semi;lembaga &&num;8212&semi; daerah berintikan pemerintah &lpar;gubernur&rpar;&comma; pengusaha &lpar;Kadin&rpar;&comma; dan pekerja &lpar;SPSI&rpar;&period;<&sol;em><&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<h3 class&equals;"wp-block-heading">Lembaga Kerja Sama Tripartit<&sol;h3>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Ketentuan Pasal 107 UU Ketenagakerjaan menyebutkan antara lain&colon;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<ol class&equals;"wp-block-list" type&equals;"1"><li>Lembaga kerja sama tripartit memberikan pertimbangan&comma; saran&comma; dan pendapat kepada pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan&period;<&sol;li><li>Lembaga Kerja sama Tripartit sebagaimana dimaksud dalam ayat &lpar;1&rpar;&comma; terdiri dari &colon;<&sol;li><li>Lembaga Kerja sama Tripartit Nasional&comma; Provinsi&comma; dan Kabupaten&sol;Kota&semi; dan<&sol;li><li>Lembaga Kerja sama Tripartit Sektoral Nasional&comma; Provinsi&comma; dan Kabupaten&sol;Kota&period;<&sol;li><li>Keanggotaan Lembaga Kerja sama Tripartit terdiri dari unsur pemerintah&comma; organisasi pengusaha&comma; dan serikat pekerja&sol;serikat buruh&period;<&sol;li><&sol;ol>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<h2 class&equals;"wp-block-heading">8 Sarana Pelaksanaan Hubungan Industrial<&sol;h2>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Bukan hanya bipartit dan triparti saja yang merupakan forum penyelesaian masalah hubungan industrial&period; Menurut ketentuan Pasal 103 UU Ketenagakerjaan&comma; Hubungan Industrial dilaksanakan melalui sarana&colon;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<ol class&equals;"wp-block-list" type&equals;"1"><li>serikat <a href&equals;"https&colon;&sol;&sol;www&period;rifaihadi&period;com&sol;aturan-cuti-pekerja&sol;" target&equals;"&lowbar;blank" rel&equals;"noreferrer noopener">pekerja <strong>&UpperRightArrow;<&sol;strong><&sol;a>&sol;serikat buruh&semi;<&sol;li><li>organisasi pengusaha&semi;<&sol;li><li>lembaga kerja sama bipartit&semi;<&sol;li><li>lembaga kerja sama tripartit&semi;<&sol;li><li>peraturan perusahaan&semi;<&sol;li><li><a href&equals;"https&colon;&sol;&sol;www&period;rifaihadi&period;com&sol;4-syarat-sahnya-perjanjian&sol;" target&equals;"&lowbar;blank" rel&equals;"noreferrer noopener">perjanjian <strong>&UpperRightArrow;<&sol;strong><&sol;a> kerja bersama&semi;<&sol;li><li>peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan&semi; dan<&sol;li><li>lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial&period;<&sol;li><&sol;ol>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<h2 class&equals;"wp-block-heading">Mekanisme Penyelesaian Hubungan Industrial<&sol;h2>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Dalam ketentuan Pasal 151 UU Cipta Kerja menyebutkan&colon;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<ol class&equals;"wp-block-list" type&equals;"1"><li>Pengusaha&comma; pekerja&sol;buruh&comma; serikat pekerja&comma; serikat buruh&comma; dan Pemerintah harus mengupayakan agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja&period;<&sol;li><li>Dalam hal pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari&comma; maksud dan alasan pemutusan hubungan kerja diberitahukan oleh pengusaha kepada pekerja&sol;buruh dan&sol;atau serikat pekerja&sol;serikat buruh&period;<&sol;li><li>Dalam hal pekerja&sol;buruh telah diberitahu dan menolak pemutusan hubungan kerja&comma; penyelesaian pemutusan hubungan kerja wajib dilakukan melalui perundingan bipartit antara pengusaha dengan pekerja&sol;buruh dan&sol;atau serikat pekerja&comma; serikat buruh&period;<&sol;li><li>Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat &lpar;3&rpar; tidak mendapatkan kesepakatan&comma; pemutusan hubungan kerja dilakukan melalui tahap berikutnya sesuai dengan mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial&period;<&sol;li><&sol;ol>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial selanjutnya dilakukan melalui Pengadilan Hubungan Industrial &lpar;PHI&rpar;&period; PHI adalah <a href&equals;"https&colon;&sol;&sol;www&period;rifaihadi&period;com&sol;jenis-pengadilan-di-indonesia&sol;" target&equals;"&lowbar;blank" rel&equals;"noreferrer noopener">Pengadilan <strong>&UpperRightArrow;<&sol;strong><&sol;a> khusus yang dibentuk di lingkungan Pengadilan Negeri yang berwenang memeriksa&comma; mengadili&comma; dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial<a id&equals;"&lowbar;ftnref4" href&equals;"&num;&lowbar;ftn4">&lbrack;4&rsqb;<&sol;a>&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<h2 class&equals;"wp-block-heading">Kewajiban Perundingan Bipartit dan Tripartit<&sol;h2>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Munculnya Bipartit dan Tripartit karena terjadi perselisihan&period; Baik itu perselisihan hubungan industrial&comma; perselisihan hak&comma; perselisihan kepentingan&comma; perselisihan pemutusan hubungan kerja&comma; maupun perselisihan antar serikat pekerja&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Sehingga&comma; dari adanya perselisihan tersebut dilakukan perundingan bipartit dan tripartit&period; Menurut ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial &lpar;UU PPHI&rpar; menyebutkan bahwa&colon;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<ol class&equals;"wp-block-list" type&equals;"1"><li>Perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan penyelesaiannya terlebih dahulu melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk mencapai mufakat&period;<&sol;li><li>Penyelesaian perselisihan melalui bipartit sebagaimana dimaksud dalam ayat &lpar;1&rpar;&comma; harus diselesaikan paling lama 30 &lpar;tiga puluh&rpar; hari kerja sejak tanggal dimulainya perundingan&period;<&sol;li><li>Apabila dalam jangka waktu 30 &lpar;tiga puluh&rpar; hari sebagaimana dimaksud dalam ayat &lpar;2&rpar; salah satu pihak menolak untuk berunding atau telah dilakukan perundingan tetapi tidak mencapai kesepakatan&comma; maka perundingan bipartit dianggap gagal&period;<&sol;li><&sol;ol>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Dalam hal perundingan bipartite gagal&comma; maka salah satu atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat dengan melampirkan bukti bahwa upaya-upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit telah dilakukan<a href&equals;"&num;&lowbar;ftn5" id&equals;"&lowbar;ftnref5">&lbrack;5&rsqb;<&sol;a>&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Namun demikian&comma; apabila bukti-bukti tidak dilampirkan&comma; maka instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan mengembalikan berkas untuk dilengkapi paling lambat dalam waktu 7 &lpar;tujuh&rpar; hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya pengembalian berkas<a href&equals;"&num;&lowbar;ftn6" id&equals;"&lowbar;ftnref6">&lbrack;6&rsqb;<&sol;a>&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Setelah menerima pencatatan dari salah satu atau para pihak&comma; instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat wajib menawarkan kepada para pihak untuk menyepakati memilih penyelesaian melalui konsiliasi atau melalui arbitrase<a href&equals;"&num;&lowbar;ftn7" id&equals;"&lowbar;ftnref7">&lbrack;7&rsqb;<&sol;a>&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Dalam hal para pihak tidak menetapkan pilihan penyelesaian melalui konsiliasi atau arbitrase dalam waktu 7 &lpar;tujuh&rpar; hari kerja&comma; maka instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan melimpahkan penyelesaian perselisihan kepada mediator<a href&equals;"&num;&lowbar;ftn8" id&equals;"&lowbar;ftnref8">&lbrack;8&rsqb;<&sol;a>&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Penyelesaian melalui konsiliasi dilakukan untuk penyelesaian perselisihan kepentingan&comma; perselisihan pemutusan hubungan kerja&comma; atau perselisihan antar serikat pekerja&sol;serikat buruh<a id&equals;"&lowbar;ftnref9" href&equals;"&num;&lowbar;ftn9">&lbrack;9&rsqb;<&sol;a>&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Penyelesaian melalui arbitrase dilakukan untuk penyelesaian perselisihan kepentingan atau perselisihan antar serikat pekerja&sol;serikat buruh&period; Pasal 5 Dalam hal penyelesaian melalui konsiliasi atau mediasi tidak mencapai kesepakatan&comma; maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Hubungan Industrial<a id&equals;"&lowbar;ftnref10" href&equals;"&num;&lowbar;ftn10">&lbrack;10&rsqb;<&sol;a>&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Untuk itu&comma; bipartit dan tripartit menjadi sangat penting dilakukan sebelum akhirnya melayangkan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<h2 class&equals;"wp-block-heading">Penutup<&sol;h2>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Di atas sudah disebutkan apa itu Bipartit dan Tripartit&period; Bipartit adalah sistem hubungan perburuhan yang melibatkan dua pihak&comma; yaitu serikat buruh dan pengusaha&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Sementara Tripartit adalah Lembaga yang dibentuk dalam usaha menyelesaikan masalah perburuhan yang melibatkan pihak ketiga&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Jadi&comma; sudah tahu&comma; kan apa itu Bipartit dan Tripartit&quest;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Demikian&period; Semoga bermanfaat&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<hr class&equals;"wp-block-separator has-alpha-channel-opacity"&sol;>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p><a href&equals;"&num;&lowbar;ftnref1" id&equals;"&lowbar;ftn1">&lbrack;1&rsqb;<&sol;a> Lihat Ketentuan Pasal 1 angka 18 UU Ketenagakerjaan&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p><a href&equals;"&num;&lowbar;ftnref2" id&equals;"&lowbar;ftn2">&lbrack;2&rsqb;<&sol;a> Lihat Ketentuan Pasal 1 angka 10 UU PPHI&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p><a href&equals;"&num;&lowbar;ftnref3" id&equals;"&lowbar;ftn3">&lbrack;3&rsqb;<&sol;a> Lihat Ketentuan Pasal 1 angka 19 UU Ketenagakerjaan&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p><a href&equals;"&num;&lowbar;ftnref4" id&equals;"&lowbar;ftn4">&lbrack;4&rsqb;<&sol;a> Lihat Ketentuan Pasal 1 angka 17 UU PHI&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p><a href&equals;"&num;&lowbar;ftnref5" id&equals;"&lowbar;ftn5">&lbrack;5&rsqb;<&sol;a> Lihat Ketentuan Pasal 4 ayat &lpar;1&rpar; UU PPHI&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p><a href&equals;"&num;&lowbar;ftnref6" id&equals;"&lowbar;ftn6">&lbrack;6&rsqb;<&sol;a> Lihat Ketentuan Pasal 4 ayat &lpar;2&rpar; UU PPHI&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p><a href&equals;"&num;&lowbar;ftnref7" id&equals;"&lowbar;ftn7">&lbrack;7&rsqb;<&sol;a> Lihat Ketentuan Pasal 4 ayat &lpar;3&rpar; UU PPHI&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p><a href&equals;"&num;&lowbar;ftnref8" id&equals;"&lowbar;ftn8">&lbrack;8&rsqb;<&sol;a> Lihat Ketentuan Pasal 4 ayat &lpar;4&rpar; UU PPHI&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p><a href&equals;"&num;&lowbar;ftnref9" id&equals;"&lowbar;ftn9">&lbrack;9&rsqb;<&sol;a> Lihat Ketentuan Pasal 4 ayat &lpar;5&rpar; UU PPHI&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p><a href&equals;"&num;&lowbar;ftnref10" id&equals;"&lowbar;ftn10">&lbrack;10&rsqb;<&sol;a> Lihat Ketentuan Pasal 4 ayat &lpar;6&rpar; UU PPHI&period;<&sol;p>&NewLine;

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Exit mobile version