
Daftar Isi
Memilih Keluar Grup
Memilih keluar grup Facebook saya lakukan, karena semalam, tiba-tiba ada pemberitahuan di akun Facebook ↗ saya. Seorang teman mengundang masuk ke sebuah grup Facebook.
Lantas saya membukanya. Nama grup facebook itu agak aneh. Bahasa Thailand. Lupa apa namanya. Bukan lupa. Tapi benar-benar tidak tahu bahasanya.
Sebetulnya, sudah sering saya mengalami hal ini. Tiba-tiba saja diundang. Masuk ke grup yang tak jelas. Menyedihkan lagi menakutkan.
Tempo hari. Puluhan kali di undang. Di dalamnya banyak sekali konten-konten yang tak jelas. Berbentuk video. Para anggotanya juga banyak tak jelas. Entah dari mana saja.
Maksudnya. Selain terdiri dari beberapa teman. Ada juga akun Facebook dari luar. Seperti Vietnam, Thailand atau dari Zimbabwe. Namun postingan berbahasa Indonesia.
Dalam grup facebook itu, saya langsung berselancar. Melihat dan membaca. Banyak status memaki-maki, “woi … keluarkan aku dari grup ini. Bangs*t! Anj*ng ….”
Komentatornya juga banyak sekali dari status itu. Mereka juga merengek-rengek meminta untuk dikeluarkan. Tak lupa campur memaki. Bahkan binatang yang tak bersalah pun dibawa-bawa.
Bagaimana dengan status akun-akun lain? Pun demikian. Meminta untuk dikeluarkan. Sambil memaki. Menuduh admin otak kotor.
Perang-perangan kalimat di sana. Juga caci-maki. Membawa segala jenis binatang. Tetapi yang populer adalah mony*et dan anj*ng. Saya tidak tahu. Mengapa kedua binatang itu begitu sulit untuk dilupakan manusia ketika sedang di puncak emosi. Mengapa tidak memilih kelinci atau semut saja. Itu kan lebih lucu.
Mencari Informasi dan Keluar
Lantas, bagaimana dengan saya. Saya masuk ke grup facebook itu tanpa keinginan. Tanpa persetujuan. Berbekal pengalaman. Karena nyaris setiap hari diundang masuk ke grup fesbuk yang tak jelas. Saya tahu jalan keluarnya.
Dengan sigap dan penuh kehati-hatian saya mencari kata info dalam grup itu. Kedua bola mata yang sudah mulai minus mendapatkannya. Klik. Lalu diarahkan ke sebuah informasi yang terstruktur dengan baik.
Salah satu informasi tertulis, keluar dari grup. Klik. Muncul lagi informasi, bahwa yakin keluar dari grup? Pertanyaan ini begitu enteng dijawab. Tentu saja memilih yakin. Selesai.
Saya sudah berhasil keluar dari grup yang tak jelas itu. Tanpa memaki. Tanpa melibatkan binatang mana pun.
**
Yang lain. Ada juga beberapa teman memaki, “kurang ajar, siapa yang heck Facebook-ku. Saya doakan agar cepat mati.” Beberapa saya temukan seperti ini.
Hal itu mereka lakukan karena akun Facebook-nya menyebar konten yang tak senonoh. ke banyak grup Facebook. Tanpa sepengetahuan pemilik akun. Dengan begitu, jelas mereka marah-marah. Mengamuk. Namun mereka lupa. Akun itu secara otomatis menyebarkan konten porn*. Karena berani sekali klik konten p*rno.
Konten itu sebenarnya telah dirasuki virus. Ketika di-klik, maka akun Facebook kita akan secara otomatis menyebarkannya ke mana saja. Bahkan ke grup facebook para kiai sekalipun.
Jika teman mengetahui bahwa itu adalah virus, maka dia sesegera mungkin memberitahu kepada pemilik akun. Tetapi bagi yang tidak mengetahui—bahkan celakanya tidak mencoba mencari tahu—menyerang dengan dalil-dalil yang agamais. Atau, memaki-maki sampe puas.
Virus, mau dimaki dan diceramahi bagaimana pun, tidak akan mempan. Ente hanya menghabiskan energi yang seharusnya dipakai untuk merokok disusul ngopi.
Pernah Mengalami Situasi yang tidak Menyenangkan
Sebenarnya, konten p*rno semacam itu menguji kita. Apakah kotor atau tidak. Bagi yang otaknya kotor, klik. Untuk ditonton.
Tidak fair. Mungkin otaknya tidak sedang kotor. Bisa saja dia tak sengaja klik. Atau, mungkin layar telepon genggamnya lagi rusak. Sehingga mesti dipencet keras baru bisa berfungsi bagus. Kemungkinan ketemu konten itu, handphone-nya berfungsi bagus. Itu bisa jadi. Bisa juga tidak.
Karena begini. Ini bukan apologia dari saya. Pernah telepon genggam saya mengalami demikian itu. Mungkin karena memori internal sudah hampir full. Lalod-nya minta ampun. Mesti berkali-kali diusap. Dengan cara yang keras.
Ceritanya. Suatu waktu. Karena tidak sabar membuka gadget ↗—lantas klik kencang-kencang. Celakanya, klik tepat di konten p*rno itu. Situasinya banyak orang. Jangan-jangan ada suara yang muncul. Duhai paniknya.
Tetapi, saya harus cepat-cepat memencet tombol back. Berkali-kali. Sampai dipastikan tidak masuk ke konten itu. Saya mematikan telepon genggam. Menghidupkan lagi. Setelahnya memeriksa akun. Jangan-jangan telah menyebarkan konten yang tak senonoh. Ternyata tidak.
Hingga saat ini. Akun saya masih terjaga. Semoga saja tidak terjadi demikian. Namun yakinlah, jika itu terjadi, batok kepala saya tidak berisi cabul.
Memanfaatkan Teknologi untuk Menambah Wawasan
Dari situ sebenarnya, saya berkesimpulan. Bahwa tidak sedikit dari pengguna media sosial lebih memilih memaki ketimbang mencari solusi atas masalah akunnya. Mungkin karena akun miliknya yang sering buat status yang luar biasa. Namun tiba-tiba menyebarkan konten yang aduh …. merusak moral kata orang-orang banyak.
Dalam arus teknologi yang super canggih saat ini—bahkan hanya napas saja yang tak bisa dibuat, mesti berhati-hati. Apalagi di media sosial. Jika tidak gesit atau ceroboh, maka kita memaki-maki padahal kita sendiri yang melakukannya. Dan, tidak mencoba mencari jalan keluar dari masalah itu.
Sekarang … tak perlu memaki lantas membawa binatang mana pun. Carilah jalan keluar segera! Lebih dari itu, segera meminta maaf kepada siapa saja. Karena akun Anda sudah menyebabkan mata mereka melotot.
Dengan adanya kecanggihan teknologi, apa-apa sudah dibuat mudah. Pesan makanan bisa sambil rebahan. Belanja bisa sambil berak. Saling berkabar bisa dari jarak jauh. Mencari teman lama, bisa melalui media sosial.
Semua itu sudah membudaya. Teknologi telah menjadi budaya di masyarakat kita. Jika teknologi itu tidak dimanfaatkan dengan baik, ke kubangan tempat kita.
Poinnya adalah, kecanggihan teknologi saat ini, mestinya digunakan untuk menambah wawasan. Seperti pada kasus di atas. Sebaiknya segera cari informasi di Google cara keluar dari grup Facebook tak senonoh itu.
Itu lebih baik ketimbang memaki.
Semoga bermanfaat.