Lompat ke konten

Pengumuman Kelulusan (15)

<span class&equals;"span-reading-time rt-reading-time" style&equals;"display&colon; block&semi;"><span class&equals;"rt-label rt-prefix">Bacaan<&sol;span> <span class&equals;"rt-time"> 10<&sol;span> <span class&equals;"rt-label rt-postfix">menit<&sol;span><&sol;span>&NewLine;<div class&equals;"wp-block-image is-style-default"><figure class&equals;"aligncenter size-full"><img src&equals;"https&colon;&sol;&sol;www&period;rifaihadi&period;com&sol;wp-content&sol;uploads&sol;2021&sol;10&sol;17102021074319A-min&period;png" alt&equals;"series menanti hujan di negeri kaktus" class&equals;"wp-image-4693"&sol;><figcaption><em>Ilustrasi&period; Dokumentasi pribadi&period;<&sol;em><&sol;figcaption><&sol;figure><&sol;div>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p class&equals;"has-text-align-center">&ast;&ast;&ast;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Sebentar lagi pengumuman kelulusan di SMP dimulai&period; Hari ini&comma; sejarah dalam hidupku dan ratusan anak-anak itu terjadi&period; Apakah lulus atau tidak&excl;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Dari ratusan siswa itu&comma; hanya lima siswa yang tak pernah diwakili oleh orang tua kandung semenjak penerimaan rapor hingga pengumuman kelulusan ini tiba&period; Nita Nur Fitri&comma; Ponika Raisa Susanti&comma; Widya Rosita&comma; Susi Sumiati Almahidah Alibaba&comma; dan Laila Kumala Sari&period; <&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Kelima orang ini&comma; adalah siswa dari kampung yang kampungnya hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki&period; Dan tak bisa menghubungi orang tua dengan cara apa pun selain dengan memberikan pesan kepada seseorang&period; Tetapi&comma; orang yang akan dititipkan pesan&comma; bahwa pada hari-hari tertentu&comma; orang tua dibutuhkan untuk mewakili anak-anaknya dalam satu pengumuman di sekolah&comma; tidak ada&period; <&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Dan seperti biasa&comma; Mangge Robuka adalah satu-satunya orang tua yang bisa mewakili kelima petaruh nasib di perkotaan yang panas ini&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Tentu&comma; lelaki tua yang sudah menduda dan memiliki tiga anak itu dengan senang hati dan bangga&comma; mewakili kami anak-anak kampung ini&comma; untuk menerima hasil pengumuman kelulusan&period; Dan Mangge Robuka yakin&comma; bahwa anak-anak Kos Sundulut&nbsp&semi;akan lulus semuanya&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Ia akan mengenakan pakaian sederhananya itu&period; Satu-satunya pakaian kemeja berkotak-kotak yang dibelinya di pinggiran jalan—di toko pakaian bekas itu&period; Aku tahu&comma; ia akan memakai Kopia hitam ala Jenderal Soedirman—mengerucut bagian atasnya&period; Kumisnya pasti tak di cukur&period; Tali sepatuhnya yang sudah lusuh&comma; pasti berwarna kuning&period; Tetapi aku tak tahu&comma; apa memang yang dimilikinya hanya itu saja&quest; Atau memang kami tak istimewa sehingga tak perlu memakai pakaian yang luar biasa megahnya&quest; Ah&comma; itu tak penting&comma; dalam keadaan Mangge Robuka masih hidup&comma; ia banyak membantu kami dalam urusan sekolah dan tempat tinggal&period; Dan&comma; aku sangat berterima kasih padanya&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Dulu&comma; sewaktu kiriman uang dari kampung lambat&comma; karena jarak kampung dan kota ini jauh&comma; dan kemudian orang yang dititipkan uang dari kampung itu&comma; juga sedikit lambat&comma; maka bisa dipastikan&comma; pembayaran kos selanjutnya akan tertunda&period; Dan ajaibnya&comma; Mangge Robuka tak pernah kesal ataupun menagih kelambatan pembayaran kos&period; Sebab&comma; sekiranya ia memaklumi&comma; bahwa anak-anak kampung ini begitu kesulitan mendapatkan uang kiriman—yang notabene lambat&period; Dan itu terjadi berkali-kali&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Ia pernah berkata&comma; bahwa kami adalah perempuan-perempuan yang perkasa dan tahan jauh dari orang tua&period; Padahal aku selalu dirongrong oleh kerinduan yang mendalam&period; Kepada sang ibu di kampung&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Aku mengatakan padanya&comma; bahwa bagaimana caranya melepas rindu kepada orang tuaku&comma; di saat berjauhan seperti ini&excl; <&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Ia lantas menjawab&comma; bahwa udara yang segar&comma; pepohonan&comma; dan lautan yang luas&comma; juga rindu dengan kombinasi-kombinasi alam lainnya&period; Burung&comma; ular&comma; gajah&comma; atau babi&comma; adalah binatang yang juga rindu dengan kelompok-kelompoknya&period; Tetapi semua itu bisa ditaklukkan dengan adanya habitat-habitat serupa&comma; yang kemudian dilampiaskan dengan cara yang mustahil dicontohi oleh manusia&period; <&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Dan bagaimana jika manusia rindu dengan manusia&quest; Katanya&comma; rindu itu seumpama sendok dan garpu&period; Keduanya selalu hadir di meja makan atau di restoran-restoran kelas atas&period; Tetapi&comma; bila salah satunya tak ada&comma; maka jangan disalahkan pada sendok atau garpu itu sebab keduanya tak menginginkan untuk berpisah&period; <&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Nah&comma; tetapi dalam keberpisahan sendok dan garpu itu&comma; apa mereka ada yang saling mencari&quest; Apa orang-orang tak bisa makan jika keduanya tak hadir di meja makan&quest; Tidak kan&quest; Begitulah manusia&comma; menahan rindu meski keduanya tak saling bertemu&comma; dan tidak merasa kehilangan jika salah satunya tak ada&period; Biarkan saja rindu mengawang-awang di awan yang tebal&period; Pasti ia akan terhempas ke sanubari bagi orang yang dirindukan&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p class&equals;"has-text-align-center">&ast;&ast;&ast;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Kami dianggapnya seperti anak kandung&period; Ia menjaga kami&comma; dan mencari ketika pulang di larut malam&period; Ia begitu khawatir ketika ada yang terjadi pada salah satu anak-anak Kos Sundulut&period; Ketika dipastikannya&comma; bahwa ke lima perempuan yang masih ranum-ranum itu&comma; ia baru bisa tidur nyenyak bersama mimpi-mimpi indahnya—yang sewaktu-waktu bertemu dengan bidadari yang cantik&period; Dan ingin dipersuntingnya menjadi seorang istri untuk mengurusi ketiga anaknya&period; Tetapi itu bukanlah hal yang mudah dan mustahil terjadi&comma; tentunya&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Semua tahu bahwa Mangge Robuka adalah seorang duda yang miskin tetapi taat beribadah&period; Ia masuk Islam ketika seorang ustaz membuka pintu hatinya akan kebesaran Tuhan—sewaktu masih remaja&period; Kenyataan yang menyingkap dirinya saat ini&comma; dihadapinya dengan penuh ketabahan dan kekhusyukan yang luar biasa menurutku&period; <&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Apalah artinya jika seorang duda yang mualaf&comma; jika tak secara rutin menyembah Allah dengan waktu-waktu tertentu&period; Mengipas tangannya dan menyambarkan jidat yang sedikit melebar ke lantai beralaskan sajadah&excl;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Sesekali ia menyerupai seorang dukun&comma; yang rela mengobati kami dikala sakit panas&period; Mulutnya komat kamit di atas gelas berisikan air putih&comma; lalu memerintahkan kami untuk meminum&period; Ajaibnya&comma; beberapa saat kemudian&comma; panas tubuh turun dengan seketika&period; Ia mengalahkan seorang dokter yang sekolahnya tinggi-tinggi itu&period; <&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Tetapi&comma; ketika ia sakit&comma; herannya ia tak mampu menyembuhkan dirinya sendiri&period; Ia hanya berbaring lemah di atas kasur yang tipis menunggu sebuah keajaiban khusus yang diberikan padanya&period; Pada malam-malam tertentu&comma; sesekali ia membaca ayat-ayat Alquran dengan begitu nyaring&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Semua yang ia lakukan kulihat ikhlas&period; Dengan gaya rambunya yang khas menyerupai rambut Mr&period; Bean&comma; membuatnya tampak indah ketika berjalan di antara bunga-bunga yang mati&period; Atau&comma; ketika sehabis mandi&comma; Mangge Robuka sesekali tak menyisir rambut yang tampak bergoyang-goyang meski basah&period; Sudah beberapa bulan ia tak mencukur rambut itu&comma; sehingga panjangnya hampir sepuluh centimeter terurai ke bawah&period; Persis dengan rambutku&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Mangge &&num;8230&semi; mangge &&num;8230&semi;&excl;” panggil Ponika di suatu sore yang hening&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Tampak Mangge Robuka menoleh seadanya&period; Kesibukan jari jemarinya menganyam lidi yang akan dibuat menjadi sebuah piring&period; Istimewa&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Besok&comma; Mangge Robuka tidak sibuk&comma; kan&quest;” tanya Ponika kemudian&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Kenapa&quest;” tanya Mangge Robuka datar&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Seperti biasa&comma; Mangge&comma; pengumuman&excl;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Oh&comma; ya&comma; pengambilan rapor lagi&quest; luar biasa cepatnya &&num;8230&semi;&period;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Pengumuman kelulusan kali ini&comma; Mangge &&num;8230&semi;&excl;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Raut wajahnya berubah datar&period; Seperti ada sesuatu yang tak ingin dilepasnya&period; Bola matanya yang bulat itu seolah-olah berkata sesuatu&comma; bahwa bisakah pengumuman kelulusan ditunda&quest; Tetapi dalam hal kebijakan&comma; tentunya bukan domain anak-anak Kos Sundulut&period; Entah kenapa&comma; kemudian aku berspekulasi&comma; bahwa ia tak ingin ditinggalkan oleh lima orang yang telah tiga tahun menemaninya&period; <&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Lalu&comma; pelan-pelan ia berbisik di telingaku&comma; bisakah aku pergi sedikit terlambat kali ini&quest; aku menjawab dengan seadanya&comma; dan&comma; tak lupa pula bertanya&colon; kenapa&quest; Ia lantas diam sejenak&comma; lama&comma; dan tak ada suara sesaat aku pergi meninggalkannya&period; Kali ini&comma; aku kembali berspekulasi&comma; bahwa Mangge Robuka tak ingin ditinggalkan lima siswa itu&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Tak seperti biasanya&comma; kali ini&comma; sepanjang malam&comma; ia tak bisa tertidur&period; Sedikit-sedikit ia keluar ke teras kos khususnya itu&period; Sesekali pula ia menjaring sebuah ide untuk membatalkan pengumuman hingga waktu yang tak ditentukan&period; Ya&comma; malam Sabtu itu&comma; tubuhnya agak bergetar&period; Bibirnya yang menghitam itu&comma; kadang kala monyong&period; Ketika seonggok cahaya menabrak setitik awan putih di langit sana&comma; mulutnya komat-kamit—berdoa setulus hatinya&period; Adakah kesempatan lagi ditemani perempuan-perempuan mungil yang selalu menyemangatiku untuk tetap hidup ini&quest;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Biasanya di malam seperti ini&comma; ia telah tidur nyenyak setelah memastikan&comma; ke lima orang anak kosnya itu sudah berada di kamar masing-masing—dan ia akan bangun di subuh buta nan gelap gulita&period; &nbsp&semi;Tetapi di saat keadaan yang membuatnya dilema&comma; perubahan di sekujur tubuhnya tak bisa dihindari&period; <&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Sebentar lagi bola api raksasa akan menyelimuti kota kecil&period; Berdebu dikala kemarau&period; Banjir dikala hujan tak henti-hentinya menerpa sepanjang siang&period; Pada titik itu&comma; kegelisahannya semakin bertambah dan seolah-olah tak tahu apa yang harus dilakukan&period; Betapa berat bebannya&period; Tetapi apakah harus mencari orang tua lain—yang bisa mewakili kami berlima ini untuk menerima rapor&quest; Tidak mungkin&period; Mangge Robuka adalah satu-satunya orang tua yang bersedia menjemput rapor—dan kali ini adalah sepucuk surat di dalam amplop yang menentukan masa depan kami kelak nanti&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Aku kembali teringat pada wajah Bapak&comma; di saat pengumuman kelulusan SD tiga tahun lalu&period; Ia bercerita di pagi hari sebelum berangkat bersama-sama&comma; bahwa ini adalah awal akan berpisah dalam waktu yang tak bisa ditentukan&period; Sehingga&comma; setiap detak langkahnya menuju ke sekolah semakin dekat semakin lambat&period; Ia tahu&comma; bahwa aku akan lulus&period; Dan&comma; pesan ibu untuk sekolah di kota seperti saat ini&comma; &nbsp&semi;terus diingatnya&period; Ia pasti merindukanku di kala laron-laron menyambar lampu minyak di malam hari&period; Atau&comma; ia akan mengingatku ketika selalu bersedia mengambilkannya piring ketika ingin makan malam—sebelum aku belajar tentunya&period; Tetapi dalam semua tidak-ikhlas yang dipaksa&comma; &nbsp&semi;ada sepucuk ketakjuban yang muncul dari lubuk hati&comma; bahwa anaknya kata bapakku&comma; akan lulus dan sekolah di kota yang bergengsi&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Dan&comma; bahwa anak-anak kosku telah lulus semua&comma; dan hanya aku yang bersedia menerima rapor mereka&period; Inilah di mana sosok dua orang lelaki yang penyayang kepada anak-anak—untuk mendukung proses mencapai mimpi&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Inilah waktu yang ditunggu-tunggu oleh penghuni kos Sundulut&comma; tetapi tak diinginkan oleh Mangge Robuka&period; Dalam undangan tertulis&comma; 15 menit sebelum acara di mulai para orang tua atau yang mewakili siswa harus hadir dan duduk di bangku yang telah disediakan oleh Pak Santo&comma; sebagai penjaga sekolah&period; Itu artinya&comma; 20 menit lagi Mangge Robuka harus melangkahkan kaki dari tempat ini—menuju ke sekolah&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p class&equals;"has-text-align-center">&ast;&ast;&ast;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Pada masa penerimaan rapor di kelas satu dulu&comma; guru-guru&comma; staf tata usaha&comma; kepala sekolah&comma; dan wali siswa lainnya terheran-heran&comma; tatkala ke lima nama siswa itu dipanggil secara acak&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Widya Rosita&excl;” panggil wali kelas dengan lantang di depan ratusan wali kelas yang duduk dengan rapi tanpa berisik&period; Maka Mangge Robuka maju dengan dada tegap dan tak pernah gugup&comma; sebab ia bangga bisa mewakili anak-anak kosnya meski lima kali ia maju ke depan—tanpa malu&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Susi Sumiati Almahidah Alibaba&excl;” belum juga sempat duduk Mangge Robuka&comma; nama anak kosnya kembali dipanggil dan ia lantas balik kanan—sambil melempar senyum ke seluruh para undangan yang hadir di situ&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Para wali siswa lain mengira&comma; bahwa kedua siswa itu adalah anaknya&comma; olehnya mereka diam&comma; dan membalas senyum apa adanya&period; Tak istimewa&period; Begitu pun para guru&comma; staf tata usaha&comma; kepala sekolah&comma; penjaga sekolah&period; Apalagi siswa-siswa sekelas kami—mereka sama sekali tak tahu&comma; bahwa Widya dan Susi rupa-rupanya bersaudara&period; Spekulasi itu terngiang di telingaku ketika seorang siswa berbisik ke siswa lainnya yang tak jauh dariku&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Giliran siswa lain di panggil&comma; &OpenCurlyDoubleQuote;Purnama Sasongko&excl;” seorang lelaki berdiri&period; Usianya kira-kira 40-an tahun&period; Kemeja putih dan jas hitam&comma; lalu di lehernya ada seutas dasi berwarna merah&comma; betul-betul rapi&period; Ia tak pernah senyum dan melangkah begitu teratur&period; Pantatnya sedikit tebal&comma; karena di kedua kantong celananya di kiri dan kanan itu bagian belakang&comma; berisi dompet&comma; yang mungkin jutaan rupiah isinya&period; Sang wali kelas berdiri&comma; dan sedikit membungkukkan kepalanya lalu tersenyum&period; Itu adalah bapak Purnomo&comma; yang sedikit angkuh karena ia adalah pengusaha kaya raya&period; Ia rebut rapor yang terbungkus dengan kertas minyak berwarna hijau itu dengan &nbsp&semi;keras&period; Lalu ia pergi tanpa membalas senyum&semi; tanpa meminta permisi&semi; atau tanpa mengucapkan terima kasih&period; Betul-betul membuatku muak dengan manusia-manusia seperti itu&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Ponika Raisa Susanti&excl;” giliran Mangge Robuka lagi yang berdiri&period; Seperti biasa&comma; ia mengulangi tingkah tadi&period; Melemparkan senyuman khasnya&comma; dengan kumis sedikit bergoyang-goyang&comma; hidung bergerak-gerak&comma; seperti dikenal semua orang-orang dalam ruangan yang besar itu&period; ia berjalan ke depan&comma; lalu membungkuk sedikit&comma; sebagai tanda penghormatan kepada siapa saja yang ada di depannya&period; Luar biasa&comma; wali kami itu&period; sungguh luar biasa&excl;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Lantas&comma; manusia seisi ruangan itu kembali kaget&comma; kecuali lima orang siswa yang sebagiannya tabah menunggu giliran namanya disebut&period; Rupanya&comma; orang tua yang memakai kemeja yang dibelinya di toko baju bekas itu memiliki tiga orang anak yang cantik-cantik&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Ketiga dari terakhir&comma; sang wali kelas kembali memanggil&comma; &OpenCurlyDoubleQuote;Nita Nur Fitri&excl;” <&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Ketika nama itu disebut&comma; seisi ruangan kembali terkejut&period; Ya&comma; rupanya&comma; aku adalah anak dari Mangge Robuka&comma; yang dikenal taat beribadah&comma; sopan&comma; dan cepat akrab kepada semua orang&period; Setelah di tengah perjalanan dalam ruangan itu&comma; seorang ibu berbisik padanya&comma; bahwa anak bapak begitu banyak dan semuanya perempuan&comma; satu kelas lagi&period; bagaimana cara membuatnya&quest; Mangge Robuka hanya tersenyum&comma; dan fokus pada langkahnya menuju ke depan hendak mengambil raporku&period; &nbsp&semi;Ketika sampai di depan&comma; wali kelasku itu&comma; Ibu Nurmala&comma; S&period;Pd&period;&comma; M&period;Pd sedikit membungkukkan kepalanya&comma; dan berucap&comma; apakah ke empat orang itu adalah anak-anak bapak&quest; Mangge Robuka hanya menggeleng sambil pula tersenyum&period; Tak pantas rasanya ia menjawab di tempat ini&period; ketika Mangge Robuka membuka raporku ia tersenyum dan mengusap-usap rambutku&period; Katanya&comma; aku mendapatkan juara kedua&period; Ia bangga&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Disusul pula oleh Laila Kumala Sari&comma; kedua dari terakhir&period; Mangge Robuuka kembali berdiri dan berlaku seperti semula&period; Luar biasa&comma; mata-mata itu memelototi seorang Mangge Robuka&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Dan&comma; untuk penerimaan rapor selanjutnya&comma; semua sudah tahu&comma; bahwa Mangge Robuka lima kali maju ke depan&comma; untuk mewakili anak-anak kos Sundulut&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Tetapi kali ini&comma; langkahnya begitu berat ketika mendekati sekolah kami—seperti langkah bapakku ketika menerima selembar surat pengumuman di SD dulu&period; Kali ini ia jauh dari sikap disiplin—yang tak seperti biasanya&period; Ia telat dan itu disengaja&period; Aku sudah gelisah menunggu Mangge Robuka di kursi paling belakang&comma; di mana para siswa duduk&period; Begitu pun dengan Ponika dan ketiga sahabat-sahabat hebat itu—yang meyakini&comma; bahwa Mangge Robuka tak akan datang&period; Tetapi&comma; sebelum berangkat ke sekolah ini&comma; pakaian andalannya itu sudah melekat di sekujur tubuhnya&period; Rapi&period; &nbsp&semi;Ia mengalahkan penampilan seorang pejabat yang akan dilantik&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Yang tak kalah gelisah adalah wali kelas kami&comma; Ibu Nurmala&comma; S&period;Pd&period;&comma; M&period;Pd&period; Kami suka memanggilnya Ibu Nur&comma; dan ia senangi itu&period; Sudah tujuh orang dari 97 siswa yang disebut namanya&comma; tetapi Mangge Robuka&comma; yang aku lihat sudah mendekati sekolah tadi&comma; belum juga menampakkan batang hidungnya di ruangan yang istimewa ini&period; Beruntung saja&comma; kelima nama siswa dari Kos Sundulut belum di sebut&period; <em>Ah&comma; Mangge Robuka&comma; cepatlah ke sini aku mengharapkanmu<&sol;em>&excl; Ucapku gelisah dalam hati&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Ketika nama ke delapan di panggil&comma; suara ketokan pintu terdengar nyaring&period; &OpenCurlyDoubleQuote;<em>Subahannallah<&sol;em>&comma; itu pasti Mangge Robuka&comma; wali kita&comma; Nit&comma;” bisik Ponika yang tak sabar menunggu Mangge Robuka kepadaku&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Semoga &&num;8230&semi;” kataku penuh harap&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Sang Penjaga sekolah bergegas membuka pintu ruangan itu&period; dengan langkah yang begitu berat&comma; dan wajah yang kurang semangat&comma; Mangge Robuka mengucap salam&comma; lalu&comma; sang penjaga sekolah dengan gesit dan tak di buat-buat—mempersilahkannya duduk di kursi kedua paling depan&period; Orang-orang tak mengerti&comma; apa yang terjadi dengan Mangge Robuka di hari-hari yang menegangkan ini&quest;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Seluruh ruangan tampak dilihatnya kuning-menguning&period; Pencahayaan mengkilap dan sesekali menghitam&period; Aku sempat berujar padanya&comma; bahwa setelah ini&comma; kemungkinan banyak yang akan pulang ke kampung halaman&period; Lantas ia hanya mendehem&comma; seperti batuk-batuk kasar dan sepertinya menolak keinginan itu&period; Ia merebahkan tubuh di lantai meskipun banyak kecoak yang menyebarkan virus-virusnya di lantai kotor itu&period; aku menegurnya dengan sopan&comma; tetapi ia hanya mangut tak beraturan&period; Seperti layang-layang di udara yang kadang-kadang diterpa angin laut&comma; lalu angin gunung&period; Itulah kenapa Mangge Robuka bertambah sedih di hari ini&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Pengumuman pun telah usai&period; Dan seperti biasanya&comma; Mangge Robuka lima kali naik ke atas panggung yang lumayan besar dan diisi oleh puluhan guru-guru itu&period; Dekorasi ruangan yang dibuat oleh penjaga sekolah memang tampak indah&period; Sedikit menghibur bagi siswa yang tak lulus&period; Tetapi itu hanyalah sesaat&comma; bahwa kekecewaan yang lebih besar tak bisa dibendung oleh dekorasi ruangan itu&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Aku&comma; Ponika&comma; Widya&comma; Susi&comma; dan Laila berhasil lulus dengan nilai ujian yang cukup memuaskan&period; Tetapi tidak untuk Mangge Robuka&period; Ia tersungut-sungut berjalan di trotoar jalan&comma; dan tak seorang dari kami ingin menghiburnya&period; Udara dirasakannya seperti membakar seluruh lapisan dagingnya itu&period; Dan&comma; seperti biasa&comma; ia akan merenung sepanjang malam buta&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<blockquote class&equals;"wp-block-quote is-layout-flow wp-block-quote-is-layout-flow"><p>Selanjutnya Baca <a href&equals;"https&colon;&sol;&sol;www&period;rifaihadi&period;com&sol;kertas-di-bawah-jendela-kamarku-16&sol;" target&equals;"&lowbar;blank" rel&equals;"noreferrer noopener">Bagian Keenam belas<&sol;a><&sol;p><&sol;blockquote>&NewLine;

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Exit mobile version