Lompat ke konten

Seorang Nenek di Lampu Merah (12)

<span class&equals;"span-reading-time rt-reading-time" style&equals;"display&colon; block&semi;"><span class&equals;"rt-label rt-prefix">Bacaan<&sol;span> <span class&equals;"rt-time"> 8<&sol;span> <span class&equals;"rt-label rt-postfix">menit<&sol;span><&sol;span>&NewLine;<p>Series Menanti Hujan di Negeri Kaktus bagian dua belas<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<figure class&equals;"wp-block-image size-full is-style-default"><img src&equals;"https&colon;&sol;&sol;www&period;rifaihadi&period;com&sol;wp-content&sol;uploads&sol;2021&sol;09&sol;IMG-20200109-WA0054-2-2&period;jpg" alt&equals;"series-seorang-nenek-di-lampu-merah" class&equals;"wp-image-4213"&sol;><figcaption><em>Dokumentasi pribadi&period;<&sol;em><&sol;figcaption><&sol;figure>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p class&equals;"has-text-align-center">&ast;&ast;&ast;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Begitu banyak yang mengira&comma; bahwa aku telah duduk di bangku SMA&period; Terutama seorang nenek yang baru &nbsp&semi;kukenal seminggu lalu&period; Setiap kali bertemu dengannya&comma; aku tak memakai seragam sekolah&comma; sehingga tak diketahui secara persis&period; Namun&comma; kali ini ia main sebut-sebut&comma; bahwa aku sudah sekelas SMA&period; Memang aku sudah tua&comma; ya&quest;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Ketika pulang&comma; belakangan ini&comma; ia sering melewati jalan Jenderal Sudirman—hanya untuk memastikan&comma; bahwa lampu merah akan segera menyala&period; Ya&comma; setiap aku temui dia di sana&comma; jika lampu merah itu menyala&comma; tiba-tiba ia kegirangan&period; Tak tahu apa penyebabnya&excl;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Rambutnya sudah hampir semua memutih&period; Gigi&nbsp&semi; ada beberapa yang copot&comma; dan beberapa lagi telah menghitam&period; Kulit mengeriput seperti daun pisang yang mengering&period; Lutut telah meruncing seperti ujung bambu yang ditebas miring&period; Kali ini&comma; ia bersama rekannya yang juga seorang nenek&period; Mereka bertepuk-tepuk tangan ketika lampu merah mendapat giliran menyala&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Ingin mendekat ke kedua nenek yang satunya baru aku kenal dan satu lagi tak kuketahui itu&period; Dengan cekatan&comma; kuayunkan kaki dengan cepat&comma; biar segera kutahu&comma; apa sebenarnya mereka gila atau tidak&excl;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Dalam waktu dekat atau lama&comma; jika memang gila&comma; sebaiknya kuusulkan ke Ponika agar membawa mereka ke rumah sakit jiwa di Mamboro—di bagian utara kota ini—agar tidak lagi menertawakan warna-warna lampu&comma; dan menunjukkan wajah sedih jika giliran warna-warna lain tiba&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Baru saja naik ke kelas 3 SMP&comma; Nek&excl; Belum SMA&period; Aku minta doa terbaik dari nenek&comma; biar nanti lulus ke SMA&comma; ya&excl;” kataku kemudian&comma; ketika duduk di depan mereka berdua—membelakangi lampu merah di trotoar jalan itu&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Kenapa kau kelihatan cerdas jika bicara&quest;” tanya nenek satunya&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Semua orang sudah pintar bicara&comma; Nek&period; Tidak ada bedanya dengan orang lain&comma; sepertinya aku ini&period; Apa ada yang aneh memang&quest;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Lantas&comma; sudah seminggu ini&comma; kau berada di depan kami dan menemani&period; Apa maksudmu&quest;” Ah&comma; aku tak tahu harus berbuat apa&period; Ingin mengatakan bahwa aku prihatin dengan orang gila&comma; ternyata cara&nbsp&semi; bicaranya baik-baik saja&period; Tidak menunjukkan sesuatu yang di luar akal sehat&period; Jika tidak gila&comma; untuk apa mereka menertawakan lampu merah&comma; dan menepuk-tepuk tangan&comma; lalu menangisi lampu hijau dan kuning&excl; Aneh kan&quest;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Ya&comma; aku hanya heran saja&comma; Nek&comma; kenapa sudah seminggu ini berada di sini&comma; padahal sebelumnya&comma; nenek tidak berada di sini&period; Dan kali ini&comma; sudah berdua&period; Kenapa&quest;” tanyaku kembali&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Sang Nenek kembali terbahak-bahak&comma; ketika lampu berwarna merah itu menyalah menyenter matanya&period; Gigi yang sudah sedikit menghitam itu seperti melantunkan sebuah lagu yang merdu&period; Tetapi itu menurut mataku&comma; sementara menurut telinga&comma; seperti sebuah ember yang di bentur-benturkan di tembok besi&period; Dan menurut hati&comma; ada sesuatu yang misterius yang harus diketahui&period; Semuanya&period; Tentang nenek dan lampu merah ini&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Tidak untuk saat ini&period; Aku harus pintar-pintar mencari waktu yang tepat&comma; untuk mengupas semua pertanyaan&period; Harus meminta bantuan Ponika&comma; yang lihai membuat pertanyaan-pertanyaan menjebak&comma; sehingga apa pun yang dirahasiakan seseorang&comma; akan terbongkar semuanya&period; Kukira&comma; Ponika punya bakat jadi wartawan&period; Yang mimpinya itu&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Aku segera pamit tanpa pedulikan apakah mereka sudah makan atau belum&excl; Hari ini sedikit frustrasi dibuat kedua nenek itu walau hanya separuh waktu saja&period; Seumur hidup&comma; baru pertama kali menemukan seorang atau dua orang nenek yang aneh bin memusingkan&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Pon&comma;” kataku di kelas esok harinya&comma; &OpenCurlyDoubleQuote;tahu tidak&comma; selama kita tidak pulang bersama&comma; aku menemukan seorang nenek yang aneh&period; Ya&comma; setidaknya itu menurutku&comma;” sambungku&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Hahaha &&num;8230&semi;” Ponika terbahak&comma; entah lucu atau aneh&comma; &OpenCurlyDoubleQuote;aneh kenapa sih&comma; maksudmu&quest;” sambungnya menanya&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Kapan kita bisa pulang bersama lagi&quest; Kuharap&comma; nenek itu masih di sana&period; Jika memang iya&comma; kuharap kau membantu untuk membongkar tingkah anehnya itu&period; Bisa&comma; kan&comma; tak menjawab sekarang&quest;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Oke&comma; sebentar kita pulang bersama&period; Biar kulihat&comma; apa yang akan kau buktikan kepadaku&period;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Siangnya sepulang sekolah&comma; aku terbirit-birit menyusuri trotoar jalan&period; Memaksa berjalan bersanding&comma; tetapi Ponika tak mau&period; Ia mengekor berjalan di belakang dan menelisik kepalaku yang selalu menengok&period; Tepat pada tikungan ke kiri&comma; ya <em>Alhamdulillah<&sol;em>&comma; kedua nenek itu berada di sana&period; Lagi-lagi&comma; bahak membahana di udara yang penuh dengan polusi&comma; entah nepotisme&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Aku berhenti&comma; dan memerintahkan Ponika untuk mendekatiku&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Lihat kan nenek-nenek itu&quest;” tanyaku&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Ya&period;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Yang itu maksudnya&period; Aku tak pernah kecewa terhadapmu&comma; ketika kau membongkar satu rahasia dari orang lain melalui pertanyaan-pertanyaan&period; Sini&comma; lebih dekat&excl;” pintaku&period; Ia menuruti&period; &OpenCurlyDoubleQuote;aku berikan gambaran umum saja&colon; awalnya&comma; hanya nenek yang sebelah kiri itu seorang yang aku temui duduk di sana&comma; sambil melihat lampu-lampu merah&comma; hijau&comma; dan kuning itu&period; Ia tertawa ketika lampu merah menyala&period; Kemudian&comma; kemarin&comma; bertambah lagi satu nenek&comma; tingkah laku sama&period; Tertawa saat lampu merah menyala&period; Itu yang tak kupahami&period; Kau tahu maksudnya kan&comma; tentang aneh itu&quest;” Ponika mengangguk pelan dan tersenyum tipis&period; Sepertinya ia tahu&comma; pertanyaan apa saja yang akan dilontarkan ke telinga nenek-nenek aneh itu&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Kami melanjutkan perjalanan&period; Setelah mendekat&comma; tanpa basa-basi aku langsung bertanya&comma; apakah sudah makan&quest; Nenek sebelah kanan itu menjawab&comma; sudah&period; Katanya&comma; setelah makan&comma; mereka akan duduk di tempat itu&period; Wah&comma; berarti sudah di jadwalkan sebelumnya&period; Ponika maju dan duduk di dekat kedua nenek itu&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Halo&comma; Nek&excl;” sapa Ponika basa-basi&period; Nenek itu menatap tajam&period; Separuh tatapannya tak pernah lepas dari lampu merah&period; Aku duduk di samping Ponika&period; Kini&comma; kami berhadap-hadapan dengan kedua nenek itu&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Asal nenek dari mana&quest;” tanya Ponika&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Sang nenek masih terdiam&period; Dan tertawa setelahnya&period; Ah&comma; jangan-jangan Ponika dibuat menyerah sama nenek-nenek aneh ini&excl; aku mulai khawatir&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Tapi Ponika tak peduli&comma; ia kembali mencecarkan pertanyaan selanjutnya&comma; &OpenCurlyDoubleQuote;Aku suka dengan warna merah&period;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Apaaaaa &&num;8230&semi;&quest;&quest;” kedua nenek itu tiba-tiba seperti dikomandoi menganga dan mengucap demikian&period; Celahnya&comma; sudah didapat Ponika&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Aku berharap&comma; bahwa Ponika terus melancarkan pertanyaan-pertanyaan yang memancing&comma; tetapi ia hanya mendehem dan sedikit tersenyum—menengok ke arahku&period; Ia mengangguk setelahnya&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Sementara&comma; kedua nenek itu beralih perhatian&period; Ketiga warna yang saling bersusun di atas perempatan jalan itu tak lagi menjadi fokus pandangan mereka&period; Tampaknya&comma; akan terbongkar hari ini juga tingkah-tingkah aneh&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Apa nenek suka dengan warna merah&quest;” tanya Ponika&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Kedua nenek itu mengangguk pelan&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Lantas&comma; kenapa hampir setiap harinya&comma; setelah Asar&comma; nenek duduk di sini&comma; dan sesekali melempar tawa kepada lampu itu&quest;” tanyanya lanjut sambil menunjuk lampu-lampu bergantian menunjukkan warna aslinya&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Kenapa&comma; Nak suka merah&quest;” Ponika&comma; aku&comma; kaget mendengar pertanyaan nenek yang lebih awal duduk di situ&period; &OpenCurlyDoubleQuote;kenapa tidak hitam&quest; Putih&quest; Atau cokelat&quest;” lanjutnya masih dalam tanya&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p><em>Kenapa aku jadi pesimis ya kali ini<&sol;em>&quest;<em> Ponika yang harusnya menjadi seorang detektif kok malah ia yang ditanya bertubi-tubi<&sol;em>&quest;<em> Mampukah Ponika menyelesaikan tugas dariku<&sol;em>&quest;<em> Tidak&comma; Pon&comma; kau harus bisa menangkis semua pertanyaan-pertanyaan dari nenek ini&comma; dan kau harusnya dapat menggali semua informasi&comma; <&sol;em>kataku dalam hati&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Sekarang begini&comma; nek&comma; aku janji akan menjawab pertanyaan itu&period; Tetapi sebenarnya aku merasa aneh&comma; dan ingin bertanya beberapa hal&comma; terutama kesamaan kita terhadap warna&period; Betul aku suka warna merah&comma; tetapi tidak seperti ini&period; Maksudnya&comma; tidak memandangi secara terus-menerus di lampu merah ini&period; Bisakah nenek jelaskan kenapa ada di sini&comma; selama seminggu ini&quest;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Aku bisa beritahu&comma; kecuali Nak sudah menjawab pertanyaanku&excl;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p><em>Waduh&comma; gawat<&sol;em>&excl; <em>Jangan-jangan nenek-nenek ini mantan wartawan yang sudah pensiun<&sol;em>&quest; Pikirku kemudian&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Oh&comma; sangat boleh sekali nek&comma;” Ah&comma; aku sedikit lega atas sikap Ponika yang dingin&period; &OpenCurlyDoubleQuote;merah kan salah satu warna di bendera kita&comma; Indonesia&period; Dan&comma; warna merah itu berada di atas dibanding putih&period; Alasannya&comma; aku ingin selalu berada di atas&comma; baik dari segi perilaku&comma; pemikiran&comma; hingga pada penampilan&period; Tetapi&comma; belum tercapai semua itu&comma; Nek&period; Itulah kenapa masih suka pada warna merah&period; Hal demikian akan membuatku menjadi orang-orang yang selalu berani&period; Berani dalam segala hal&comma; Nek&excl;” jawab Ponika&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Sang nenek menggeleng-geleng&period; Aku tersenyum&period; Kendaraan&comma; yang dikemudikan oleh laki-laki dan perempuan hilir mudik di samping kami&period; Tak ada yang memerhatikan kami lebih serius&colon; dua orang anak sekolah dan dua orang nenek-nenek&comma; lagi berbincang—dan membuat para pengendara membunyikan klakson kendaraannya&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Kenapa nenek di sini&quest;” tanyaku yang memang sudah dirongrong oleh rasa penasaran&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Perlu kujawab&quest;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Iyalah&comma; Nek&excl; Kan nenek tadi sudah janji pada kami&period;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Yang jujur&quest;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Masa Nenek harus bohong sama kami yang masih ingusan ini&excl;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Apa penting buat kalian&quest;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Sebagai sesama manusia&comma; kenapa tidak&comma; mendengarkan jika memang nenek punyai masalah yang serius&comma; sekalipun&quest;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Jadi begini&comma;” ungkap Nenek lalu terdiam sejenak&comma; &OpenCurlyDoubleQuote;aku punya seorang anak&comma; namanya Surudut&period; Ia adalah anakku satu-satunya&period; Tiga tahun lalu&comma; ia meninggalkanku seorang diri&comma; pasca suamiku meninggal dunia&period; Ia hanya menitipkan selembar surat yang untungnya aku tahu membaca&period; Aku baca setelah salat magrib di bawah temaram lampu minyak satu-satunya di rumah&period; Dalam surat itu ia berpesan&comma; bahwa jaga diri baik-baik&period; Bagaimana mungkin menjaga diri baik-baik sementara sudah tua merenta begini&quest;” Mata Ponika mulai berkaca-kaca&period; Dalam hatiku seperti memaki anak dari Nenek ini&period; Ia melanjutkan dalam sendu&colon;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Ia juga berpesan&comma; bahwa akan kembali setelah menemukan mimpinya&comma; yang juga tak kutahu mimpinya itu seperti apa&period; Kemudian setahun setelahnya&comma; aku menerima surat lagi dari Surudut&comma; bahwa ia baik-baik saja di kota&period;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Sebelumnya nenek tinggalnya di mana&quest;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Di sana&comma; di pinggiran kota ini&excl;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Lanjut&comma; Nek&excl;” kataku&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&OpenCurlyDoubleQuote;Pada surat pertama itu&comma; Nenek seperti ingin menerkamnya jika memang Surudut ada di depanku&period; Begitu tega ia meninggalkanku tanpa ada uang di tangan seribu rupiah pun&period; Apa tak sadar&comma; bahwa ia adalah anak satu-satunya dan yang kuharapkan&quest; Tak khawatir dengan hidup sebatang kara dan telah tua ini&quest; Apa ia tega aku mati karena kelaparan&quest; Setelah surat kedua itu selesai dibaca&comma; setahun setelahnya lagi&comma; datang surat ketiga&period; Ia menyampaikan&comma; bahwa orang-orang di kota resah menunggu butiran hujan&period; Orang-orang banyak kehausan di jalanan&period; Kebun-kebun petani yang tersisa&comma; rata-rata gagal panen&period; Dari situ&comma; kumemutuskan untuk mencarinya&&num;8221&semi;&period; <&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>&&num;8220&semi;Setelah dua hari Nenek di sini&comma; seorang pemuda datang menghampiriku&period; Aku bertanya padanya akan maksud dari lampu-lampu yang terpampang di perempatan jalanan di kota ini&period; Katanya&comma; tanda warna hijau&comma; pengendara diberikan keleluasaan untuk jalan terus&semi; lampu kuning&comma; para pengendara diperintahkan untuk hati-hati dan pelan-pelan&semi; dan lampu merah&comma; adalah tanda semua pengendara untuk berhenti&period; Berhenti&excl; Kata berhenti itulah yang membuat aku tertarik&period; Pelbagai cara telah kulakukan untuk mencari anakku tetapi tak menemukannya&period; Ingin membalas surat&comma; tetapi tak tahu di mana alamatnya&period; Nah&comma; jika lampu merah tanda berhenti&comma; maka orang-orang akan banyak berhenti&comma; di titik itulah&comma; mataku yang sudah melihat tak jelas ini&comma; bisa menyasar wajah satu-persatu para pengendara&period; Siapa tahu Surudut ada di antara ratusan orang yang menunggu lampu hijau menyala&period;”<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Cerita itu menyedihkan&period; Aku&comma; seorang yang merindukan hujan pun ibu di kampung&comma; tiba-tiba menjadi benci kepada Surudut—dengan tega meninggalkan ibunya seorang diri&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<p>Lantas&comma; Ponika terpikir untuk membantu nenek itu&period; Ia mengusulkan bahwa menyebar gambar Surudut&comma; tetapi&comma; sang nenek tak memiliki gambar apa pun&period; Dengan begitu&comma; kami meminta bantuan ahli sketsa&comma; dan nenek itu menjelaskan secara detail ciri-ciri surudut&period; Setelahnya&comma; di <em>print <&sol;em>banyak&comma; lalu disebarluaskan di berbagai objek-objek yang mudah dilihat&period;<&sol;p>&NewLine;&NewLine;&NewLine;&NewLine;<blockquote class&equals;"wp-block-quote is-layout-flow wp-block-quote-is-layout-flow"><p>Selanjutnya <a href&equals;"https&colon;&sol;&sol;www&period;rifaihadi&period;com&sol;tak-bisa-dipisahkan-dalam-ruang-dan-waktu-13&sol;" target&equals;"&lowbar;blank" rel&equals;"noreferrer noopener">Baca Bagian Ketigabelas<&sol;a><&sol;p><&sol;blockquote>&NewLine;

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Exit mobile version