Barcelona belakangan ini tampak terseok-seok. Barca kembali kalah dari Bayern Munchen dengan skor 3-0 dalam face grup E, 15 September silam. Bayern bertandang ke Camp Nou dengan kekuatan penuh.
Sementara Skuat Blaugrana beberapa mengalami cedera, sehingga tidak bisa bermain. Di antaranya Ousmane Dembele, Braithwaite, Sergio Des, Sergio Aguero, dan Ansu Fati.
Belum lepas dua kali dua puluh empat jam lalu, kembali ditahan imbang tanpa gol oleh klub papan bawah, Cadiz. Pada Selasa 21 September kemarin, juga ditahan imbang Granada dengan skor 1-1.
Sebagai Cules sejati, saya nyaris putus asa. Mungkin juga Bapak saya. Karena dia fans Barcelona sejak lahir.
Daftar Isi
Ronald Koeman Dianggap Gagal
Banyak yang menganggap bahwa kegagalan Barcelona penyebabnya adalah Ronald Koeman. Sejak menjadi pelatih Barca 19 Agustus 2020, Ronald Koeman nyaris tidak menorehkan prestasi. Pria kelahiran 21 Maret 1963 ini, digadang-gadang akan digantikan mantan pemain Barca, Xavi Hernandez.
Tidak adil melempar sepenuhnya kesalahan kepada Koeman. Dia sebenarnya hanya butuh waktu. Memperbaiki klub sebesar Barca tidak mudah. Apalagi kalau pemainnya banyak yang cedera.
Saya sebenarnya merindukan pelatih Pep Guardiola. Saya ingin Pep kembali ke Catalunya. Sejak menjadi pelatih Barca tahun 2008, sejak saat itu saya mencintai Barcelona. Tiki-taka yang menjadi ciri khas Barca masa Guardiola bikin saya merinding.
Namun pengharapan itu adalah bentuk kesia-siaan. Pep punya jalan sendiri. Terlalu berharap nanti frustrasi.
Saat permainan Barca memburuk, Carlo Ancelotti, pelatih Real Madrid saat ini, ikut berkomentar. Komentarnya cukup pedas. Dia menyatakan bahwa ikut sedih dengan situasi Barcelona saat ini. Di sisi lain dia menyatakan bahwa permainan Barca sangat buruk. Kalau saya jadi Koeman, ngamuk saya.
Sebagai Cules sejati, harapan saya terpecah dua. Pertama, berharap Koeman bertahan. Dengan catatan ada kemajuan. Setidaknya dalam waktu singkat, jika Ronald tidak mengalami perubahan signifikan, putuskan kontraknya.
Kedua, berhentikan dengan hormat. Meskipun Pep Guardiola akan sulit kembali ke Barca, saya mengharapkan Xavi menjadi tulang punggung selanjutnya. Ini masuk akal apabila ingin mengembalikan kejayaan Barca.
Merindukan Kemenangan 14-0
Pada masa kejayaan Barca, Trio MSN (Messi, Neymar, Suares), menjadi tim yang sangat ditakuti.
Saat itu, ketika Lionel Messi dan kawan-kawan bertamu ke sarang Deportivo La Coruna, Estadio Municipal de Raizor, Barca pulang membawa kemenangan yang benar-benar menggembirakan. Sebagai pendukung fanatik, tentu saja saya bahagia luar biasa.
Pada pertandingan itu, empat gol di antaranya dicetak Luis Suarez. Sisanya dicetak oleh Ivan Rakitic, Lionel Messi , Marc Bartra, dan Neymar. Atas kemenangan itu, atau setidaknya dalam 34 kali bermain, Barcelona telah berhasil mendulang 79 poin. Ini sangat fantastis dan membawa klub kesayangan saya ini ke puncak klasemen.
Beberapa hari lalu memang saya tampak putus asa atas permainan lembek anak buah Luis Enrique ini. Rasa-rasanya ingin meneguk segelas kopi sekaligus yang, airnya masih mendidih.
Dalam catatan statistik Sport Radar, misalnya, Barcelona menguasai jalannya pertandingan sebanyak enam puluh dua persen. Tuan rumah keteteran. Mereka seperti tak mampu menahan kendali dan sepertinya begitu. Trio MSN menggila dengan aksi tiki-taka yang tak terampuni.
Coba bayangkan, dalam kurun waktu dua kali empat puluh lima menit, ada enam belas kali si kulit bundar menyasar jala gawang Deportivo. Jika ke enam belas itu masuk di antara dua gawang yang dijaga Manu, maka dada saya tambah berbunga-bunga.
Kekuatan Barca dibuktikan hanya berselang tiga belas menit untuk mencetak gol kedua, setelah sebelumnya menit ke sebelas, Suarez memaksimalkan umpan Rakitic.
Meskipun sepanjang babak pertama hanya menghasilkan dua gol, tetapi pada babak kedua, Suarez kembali mengamuk pada menit kedua babak kedua.
Saya sebenarnya was-was, Deportivo akan membalas, tetapi sayang, Bercelona malah semakin trengginas. Serasa tak bisa dibendung seperti air bah menyapu sebuah kampung.
Deportivo serasa tak berdaya. Saya sangat menikmati gaya permainan Barcelona. Hati saya semakin berbunga-bunga. Anak buah Victro Sanchez tampak frustrasi. Belum lagi Real Madrid tertinggal meskipun tak terlalu jauh atas poin Barca. Ya Allah, ini kebahagiaan nomor ke berapakah?
Barca Kembali ‘Mengamuk’
Pada dini hari tadi, Minggu 24 April 2016, Barca kembali “mengamuk” ketika didatangi Sporting Gijon pada laga La Liga. Di Camp Nou, lagi-lagi Trio MSN menunjukkan taringnya sebagai tiga sekawan tanpa ampun mengobrak-abrik pertahanan lawan. Luis Suarez pun menggasak Sporting empat gol. Namun, sebagai gol pembuka, Messi menciptakannya pada menit kedua belas.
Lima puluh satu menit kemudian, atau delapan belas menit ketika babak kedua bergulir, Barca menambah keunggulan lewat Suarez. “Mereka telah mencapai apa yang mereka miliki atas dasar kerja keras serangan dan pertahanan,” kata Manajer Barcelona, seperti dikutip dari Skysports.
Dengan kemenangan 14 gol tersebut, maka peluang Barcelona semakin besar untuk menjuarai beberapa liga. Meskipun terdepak dari Champion, Barca masih tetap perkasa menghadapi lawan-lawannya di liga lain.
Dan, untuk pendukung Real Madrid, jangan bergembira, Ronaldo bersama Benzema lagi cedera. Siap-siap menangis!
Itu Tulisan Masa Lalu
Tulisan di atas adalah cerita masa lalu. Masa di mana Barcelona sedang di atas angin. Mulai dari penjaga mistar gawang, hingga penyerang benar-benar menyeramkan.
Permainan-permainan di atas lapangan hijau begitu menganggumkan.
Pasca Kepergian Messi
Sejak tahun 2019 sebenarnya isu Messi minggat dari Barcelona sudah tersiar. Kembali mencuat pada 2020. Hingga akhirnya 2021, Messi berlabu ke klub kaya, Paris Saint Germany (PSG).
Sebelum Messi berlabu ke lain hati, Barcelona memang sudah terseok-seok. Banyak kekacauan yang terjadi. Bahkan sering ganti pelatih.
Meski demikian, ikon Barcelona itu sebenarnya Messi. Kini dia telah pergi. Mungkin tidak kembali lagi. Kita lihat, sampai di mana kekuatan Barca yang dibangun pelatih-pelatih selanjutnya.