Lompat ke konten

Memahami Lawan Bicara dengan 4 Metode Ini

Bacaan 6 menit

Last Updated: 05 Mar 2022, 06:28 pm

metode memahami lawan bicara
Ilustrasi memahami lawan bicara. Foto oleh SHVETS production dari Pexels.

Memahami lawan bicara kita dapat lihat dan tinjau dari beberapa gaya tubuh dan sikap. Sebagai manusia yang sudah berusia 30-an tahun, saya mempelajari bagaimana memahami seseorang untuk mengetahui perasaan dan kondisinya seperti apa.

Setiap orang memiliki karakter masing-masing. Karakter tersebut ternyata, dapat kita lihat dari ekspresi, mimik wajah atau sikap, sehingga kita memahami lawan bicara.

Tentu saja itu semua kita lakukan saat berkomunikasi dengan lawan bicara. Komunikasi sendiri adalah suatu proses untuk menyampaikan sesuatu pesan dalam bentuk verbal. Menyampaikan pesan kemudian diterima oleh orang lain.

Saya tidak tahu kapan dimulai kebenaran tebakan saya yang melihat seorang dari hal di atas. Namun menurut fakta yang pernah saya alami, lebih dari 50 persen tebakan saya benar.

Berbekal pengalaman pribadi, yang tentu saja ditambah dari berbagai referensi yang dikumpulkan, saya menulis ini. Dengan memahami lawan bicara, kita bisa tahu tindakan apa yang akan kita lakukan.

4 Metode Memahami Lawan Bicara

Setidaknya, menurut saya, terdapat 4 metode memahami lawan bicara. Untuk itu, silakan simak, apa saja yang perlu dipahami dari lawan bicara:

1. Perhatikan Lawan Bicara dari Ekspresi Wajah

Metode memahami lawan bicara yang pertama adalah memerhatikan ekspresi wajah. Ekspresi wajah saat berbicara dengan saya merupakan langkah awal penilaian.

Ekspresi wajah ini bisa saja berbeda-beda, karena bentuk wajah orang juga tidak sama. Seperti yang kita tahu, bahwa bentuk wajah manusia terdiri dari beberapa jenis.

Ada bentuk wajah bulat, persegi, diamond, oval, persegi panjang, atau bentuk wajah segitiga. Kita bisa mengetahui dari ekspresinya saat berbicara.

Ekspresi wajah, khususnya pada mata, bisa menilainya. Misalnya, kita menilai dari kedipan mata. Apabila kedipan mata tersebut nyaris dilakukan tanpa ritme, maka kita bisa menduga apa yang dia katakan mengandung kebohongan. Meskipun tidak semua bohong.

Dari komunikasi tersebut, ada hal-hal yang tidak diberitahukan kepada Anda. Ada yang dirahasiakannya.

Demikian juga ketika berbicara, lawan bicara tersebut berulang kali menutup mata. Padahal Anda sudah mengenalinya, dia tidak menutup mata ketika berbicara. Apabila itu terjadi, percayalah orang tersebut sedang mengingat-ingat sesuatu. Saya pun melakukan demikian ketika berusaha keras mengingat.

Menutup mata memang kadang membantu kita untuk mengingat sesuatu, yang kemudian kita akan ungkapkan.

Jika lawan bicara tersebut menampakkan pupil mata membesar, maka Anda harus bahagia, karena itu bertanda dia bersemangat berbicara dengan Anda. Artinya bahwa, dia tertarik dengan Anda sebagai lawan bicara.

Lain halnya ketika dia memberikan senyuman, namun ada kerutan pada sudut bibir. Hal ini menandakan bahwa itu adalah senyum yang tidak ikhlas. Dengan demikian, dia tidak nyaman dengan Anda.

Saya hanya menebak, tetapi kadang, memang, tebakan itu benar adanya. Salah satunya dari mimik wajah ini, yang secara langsung memberikan sinyal pada permukaan.

Itu adalah memahami lawan bicara yang pertama.

2. Menebak dari Sektor Intonasi

Memahami lawan bicara kedua adalah dengan penilaian wajah bisa kita mulai dari awal. Artinya sebelum dia berbicara, sedikit kita bisa menilainya.

Berbeda dengan ketika orang tersebut mulai angkat suara, dan kemudian kita berbicara dengannya.

Intonasi suara ini penting untuk dapat menilai karakter seorang, karena kita bisa mengetahui bagaimana perasaan orang tersebut.

Apabila seorang tersebut berbicara agak pelan, kita bisa menebak bahwa orang tersebut memiliki masalah. Masalah tersebut berhubungan dengan kepercayaan diri. Seperti saya. Suara saya pelan. Artinya bahwa kepercayaan diri saya ‘bermasalah’. Tetapi saya tidak sampai pada menunduk ketika berbicara.

Berbeda halnya ketika lawan bicara kita tersebut berbicara kasar. University of California San Francisco, melakukan penelitian yang pada pokoknya menyatakan bahwa, seorang sering berbicara kasar, mempunyai mental serta fungsi otak sedikit lebih baik. Hal ini berbeda dengan yang ketimbang tidak menerima kata kasar. Penelitian ini bisa jadi benar. Bisa jadi salah.

Saya memiliki banyak teman yang jenisnya senang berbicara kasar. Dan memang benar, jenis orang macam ini selalu blak-blakan ketika berbicara, selalu berterus terang, serta memiliki karakter yang kuat.

Selanjutnya, kita dapat menilai seseorang dari cara bicaranya yang memiliki tempo lambat. Banyak penilaian menyatakan bahwa orang yang bicaranya lambat adalah orang yang tidak memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Menurut saya itu pendapat yang keliru. Banyak teman saya yang memiliki gaya tempo lambat, namun kecerdasannya luar biasa.

Orang yang memiliki tempo lambat dalam berbicara bisa jadi memikirkan dulu apa yang hendak dia utarakan. Mengatur struktur kata-kata yang kemudian menjadi kalimat, sehingga lawan bicaranya dapat memahami maksud perkataannya.  

Berbicara dengan tempo lambat tentu saja berbeda dengan orang yang memiliki gaya tempo cepat. Orang jenis ini, bisa kita nilai sebagai orang yang selalu ingin dominan untuk didengarkan. Dia ingin sesegera mungkin lawan bicaranya mengetahui apa yang ada dalam pikirannya.

Intonasi berbicara dengan suara lantang pun, dapat kita nilai sebagai orang yang nyaris sama dengan tempo cepat di atas. Orang yang memiliki intonasi berbicara gaya lantang ini jangan mudah menilainya, karena bisa jadi dia hanya ingin memerlukan perhatian dari Anda atau banyak orang.

3. Selain Memerhatikan Intonasi Suara, Perhatikan Juga Mata Lawan Bicara

Memahami lawan bicara pada poin ini sedikitnya telah ditulis di atas. Saya ingin menambahkan, bahwa salah satu etika berbicara yang penting dilakukan adalah dengan melihat mata lawan bicara. Berkomunikasi dengan melakukan kontak mata, dinilai sebagai sebuah penghargaan kepada lawan bicara.

Saya juga sering melakukan itu, meskipun sesekali mengalihkan pandangan atau menutup mata sejenak.

Kita bisa memerhatikan ketika lawan bicara tersebut, ketika berbicara apakah melakukan kontak mata atau tidak. Melalui kontak mata, kita bisa menilai apakah seorang tersebut jujur, bohong, kecewa, atau sedih.

Apabila lawan bicara kita menunjukkan tatapan mata yang dingin, maka bisa jadi orang tersebut mempunyai kepribadian yang mudah marah. Selain itu, bisa jadi karakternya suka emosional.

Namun demikian, penilaian tersebut bisa jadi salah. Karena banyak teman saya yang seperti itu tidak mudah marah. Bahkan selalu cerita.

Kita juga bisa menilai dari bola matanya yang tak bisa diam. Artinya, bola mata lawan bicara kita tersebut berputar-putar ke kiri, kanan, atas. Penilaian awalnya dengan orang seperti itu adalah, dia hendak menyembunyikan sesuatu kepada Anda. Bersifat rahasia atau mungkin berbohong. Atau bisa jadi dia memiliki sifat yang suka menyendiri, pemalu, atau tertutup.

Berbeda hal ketika lawan bicara kita sering melakukan gerakan bola mata ke bawah. Lawan bicara kemungkinan bosan ketika hal itu dia lakukan. Untuk itu, segera ganti topik pembicaraan, agar kembali nyaman.    

4. Terakhir, Bisa Mempelajari Tingkah Laku atau Sikap

Memahami lawan bicara poin terakhir ini penting, karena sikap seseorang terutama yang berkarisma. Apakah orang tersebut memiliki empati, kontak mata langsung, siap mendengarkan, dan penuh percaya diri.

Menurut studi, dengan memiliki ciri khas demikian, menandakan bahwa orang tersebut berkarisma. Peneliti Profesor Kenneth Levine, seorang peneliti dari University of Tennessee mengatakan demikian.

Sikap ramah misalnya, merupakan sikap yang dinilai paling berpengaruh dalam sebuah komunikasi. Apabila lawan bicara memiliki sikap ramah, maka sudah tentu kita nyaman dibuatnya. Apa yang dia katakan menjadi masuk dan terekam di otak.

Sikap ramah ini juga tentu saja wajib Anda pakai saat berkomunikasi dengan orang lain.

Selain menilai dari sikap ramah di atas, keyakinan dalam menyampaikan pesan juga menjadi faktor penentu dalam komunikasi. Pesan yang disampaikan dengan menunjukkan sikap yakin, maka kita percaya apa yang dia katakan.

Poin terakhir adalah berempati. Pernahkah Anda mengalami lawan bicara Anda tidak memiliki sikap empati atau bahkan Anda?

Dengan menunjukkan sikap empati, kita bisa menilai bahwa lawan bicara kita dapat menerima setiap perbedaan pendapat saat berkomunikasi.

Hal-hal di atas mengutip Wikipedia , merupakan Psikologi Kepribadian, yaitu suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang kepribadian manusia melalui tingkah laku atau sikap sehari-hari yang menjadi ciri khas seseorang tersebut.

Penutup

Dalam memahami lawan bicara setidaknya ada empat versi saya. Pertama, memerhatikan dari ekspresi wajah. Kedua, intonasi. Ketiga, memerhatikan gerak-gerik mata. Keempat, bisa dicermati dari tingkah laku atau sikapnya.

Demikian cara memahami lawan bicara dari empat metode ini saya tulis. Semoga bermanfaat.

Baca Juga: 5 Cara Meningkatkan Kualitas Diri

Tinggalkan Balasan