Lompat ke konten

Positif Covid-19: Menyiksa Tapi Jangan Panik

Bacaan 6 menit
cerita positif covid-19 varian omicron
Ilustrasi. Sumber gambar: Pixabay.com

Sudah lebih kurang 2 tahun Covid-19 menyerang dunia. Termasuk Indonesia pada medio Februari 2020. Pada masa-masa itu, semua orang diminta waspada. Menggunakan masker serta menjaga jarak, agar tidak mengalami positif Covid-19.

Namun, pasca beberapa orang yang positif covid-19, menyusul pula kasus-kasus positif lainnya. Sebab, mutasi Virus corona SARS-CoV-2 ini tampak begitu cepat.

Beberapa waktu kemudian, muncul varian-varian baru, termasuk alva, beta, delta, delta plus hingga omicron. Tingkat penyebarannya pun terhitung sangat cepat menurut ahli.

Dari dua tahun tersebut, saya terus menjaga diri agar jangan sampai terinfeksi virus satu ini. Namun pada akhirnya, pada Februari 2022 positif Covid-19 juga.

Kronologi Terpapar Virus Covid-19 Varian Omicron

Sesekali  kami keluar rumah untuk menghirup udara segar. Itu pun tak jauh, dan harus riset dulu kondisi tujuan kami. Misalnya, apakah ada ruang terbuka, atau, apakah ramai pengunjung di lokasi tersebut.

Setelah memastikan itu semua, kami akan menuju ke sana atau bahkan membatalkan.

Cerita positif Covid-19 ini berawal ketika kami hendak melakukan pemeriksaan di Puskesmas tanggal 15 Februari 2022. Namun, karena fasilitas Puskesmas tidak memadai, akhirnya dirujuk ke rumah sakit.

Tentu saja kami waswas. Sebab, mau tidak mau harus membawa anak kami—yang belum bisa menggunakan masker. Kami hanya memasangkan face shield. Meskipun tidak meyakinkan 100 persen alat pelindung diri itu, ya harus dipasang.

Rumah sakit rujukan tersebut pun kami riset melalui internet. Tak seberapa jauh dari tempat tinggal. Hanya berkisar 4 kilometer.

Kami mendapatkan informasi, bahwa rumah sakit yang dituju bukan sebagai rumah sakit rujukan pasien positif Covid-19. Kami lega. Namun masih tetap waswas.

Kami berdiskusi apakah hendak ke rumah sakit rujukan tersebut atau tidak. Diskusi ini mengarah pada dua pertimbangan utama:

Pertama, rumah sakit mana pun dalam kondisi seperti saat ini, tetap akan berisiko. Risiko itu harus diambil. Kedua, kondisi istri harus segera diperiksa secepat mungkin.

Saya dan istri memang telah divaksin dua kali. Namun, anak kami sama sekali belum divaksin karena masih bayi. Melalui pertimbangan yang matang, akhirnya kami memberanikan diri mengunjungi rumah sakit rujukan tersebut tanggal 16 Februari 2022.

Di rumah sakit tersebut, kami harus melalui 5 kali antrean. Mulai dari pendaftaran hingga pengambilan obat.

Kami menduga, terpapar virus corona terjadi di rumah sakit. Sebab, sewaktu di puskesmas, kami berhasil menjaga jarak dari siapa pun. Di rumah sakit, sangat susah menjaga jarak, karena tiba-tiba, ada saja orang mendekat sembari berbicara.

Beberapa Hari Setelah dari Rumah Sakit

Sekitar dua hari dari rumah sakit, anak kami demam tinggi. Ibunya sedikit panik karena demam mencapai 39,1 derajat celsius. Untuk bayi, tentu saja ini sudah dalam fase mengkhawatirkan. Akhirnya, saya memutuskan untuk membeli obat penurun panas. Setelah diminum, panasnya fluktuatif—naik-turun tak menentu.

Esok harinya, istri saya mengalami pilek dan batuk. Saya memintanya untuk menggunakan masker. Sebab, ciri-ciri positif Covid-19 varian omicron adalah yang demikian itu.

Kini, anak mengalami demam. Sementara istri diserang sakit kepala, pilek, batuk, dan demam.

Selama 3 hari anak kami mengalami demam. Masih fluktuatif. Kami kembali berdiskusi, apabila pada hari keempat masih demam, maka mau tidak mau harus dibawa ke dokter spesialis anak (DSA).

Swab Test di Klinik Terdekat

Sementara, batuk dan pilek istri semakin menjadi-jadi. Pada hari ketiga penyakit itu menyerang, saya memintanya untuk swab test di klinik terdekat. Akhirnya istri berangkat swab pada sore hari.

Sekitar setengah jam hasil swab test keluar. Istri datang dengan wajah lesu dan mengabarkan bahwa hasilnya positif covid-19.

Saya memang sudah menduga hasilnya tidak menyenangkan, sebab ciri-ciri omicron seperti: nyeri atau sakit kepala sedang hingga berat; kepala terasa berdenyut, menekan, atau menusuk; sakit kepala dapat terjadi di kedua sisi kepala; sakit kepala berlangsung selama lebih dari tiga hari.

Dari hasil swab test tersebut, akhirnya melaporkan ke pihak pemerintah di tingkat Rukun Tetangga (RT). Dari RT kemudian berlanjut ke RW hingga ke kelurahan.

Pihak kelurahan menyatakan bahwa kami sampai tanggal 3 Maret 2022 wajib melakukan Isolasi Mandiri (Isoman). Tidak ada yang boleh keluar rumah. Lalu, kami dijadwalkan untuk swab test.

Puskesmas Kelurahan mengonfirmasi bahwa kami harus datang ke kelurahan untuk melakukan swab test. Namun, kami menjawab tidak bisa. Sebab, hari itu, saya mengalami demam tinggi, sakit kepala, dan sakit tenggorokan—yang apabila mengendarai kendaraan bisa berbahaya.

Pada akhirnya, pihak kelurahan terus mengontrol kami via online. Hampir setiap hari menanyakan bagaimana kondisi kesehatan kami. Luar biasa sekali perhatiannya.

Satu Keluarga Positif Covid-19

Oleh karena istri berdasarkan swab test tersebut dinyatakan positif covid-19, Arumi, kami nyatakan positif varian omicron. Mengapa demikian? Karena yang mengalami demam pertama adalah Arumi. Setelah itu Ibunya.

Bagaimana dengan saya? Saya pun menyatakan diri telah terjangkit covid-19. Sebab, kami tidur sekamar, dan saya tidak menggunakan masker. Meskipun anak dan saya tidak memeriksa—swab test, sudah barang tentu terjangkit. Apalagi, beberapa hari setelah istri mengalami demam, pilek, sakit kepala, dan sakit tenggorokan, saya pun mengalaminya.

Mengalami hal tersebut, pada akhirnya kami memutuskan untuk isolasi mandiri dalam jangka waktu yang ditentukan pemerintah.

Sebelum melakukan isolasi mandiri, saya sudah belanja keperluan kami sehari-hari. Termasuk di antaranya perlengkapan anak kami. Bahkan nomor kontak penjual sayur di sekitar tempat tinggal pun sudah dikantongi. Hal ini berfungsi untuk pemesanan online dengan mudah.

Karena tak ada yang boleh keluar rumah, semua keperluan tersebut harus disediakan selama Isolasi Mandiri (Isoman).

Memanfaatkan Layanan Telekonsultasi dan Paket Obat Gratis

Sejak lama, saya membaca informasi-informasi terkini terkait dengan covid-19. Termasuk di antaranya bagaimana tata cara isolasi mandiri di rumah dan layanan telekonsultasi serta paket obat gratis.

Layanan telekonsultasi dan paket obat gratis ini disediakan oleh Kementerian Kesehatan RI . Untuk mendapatkan layanan ini, pasien harus melakukan tes PCR di laboratorium yang telah terafiliasi dengan sistem New All Record (NAR) Kementerian Kesehatan.

Jika hasilnya positif dan laboratorium penyedia layanan tes COVID-19 melaporkan data hasil pemeriksaan ke database Kementerian Kesehatan (NAR). Maka pasien akan menerima pesan WhatsApp dari Kemenkes RI (dengan centang hijau) secara otomatis.

Setelah istri dinyatakan positif, saya mendesak agar klinik tempat istri melakukan swab test, segera menginput hasilnya ke sistem. Sebab, istri tidak mendapatkan WA pemberitahuan dari Kemenkes. Hanya berselang beberapa menit, pihak klinik mengonfirmasi sudah melaporkannya. Setelahnya, saya memeriksa NIK secara mandiri di situs isoman.kemkes.go.id .

Dari situ, saya menginput data-data istri, termasuk hasil tes swab. Setelah memasukkan semua data yang diminta, saya memilih salah satu platform telemedicine untuk melakukan konsultasi secara online.

Hanya berselang beberapa menit, kemudian dokter melakukan konfirmasi untuk konsultasi secara gratis. Setelah saya menyampaikan apa saja keluhan istri, dokter tersebut menjawab dengan baik dan cepat. Setelahnya akan diresepkan obat berdasarkan kondisi pasien.

Resep obat tersebut kemudian di-upload lagi ke website Kemenkes. Beberapa jam kemudian, kurir mengantarkan obat sesuai resep.

Terdapat empat jenis obat yaitu, obat anti-virus, vitamin, dan paracetamol.

Positif Covid-19, Menyiksa, Tapi Jangan Panik

Sebagai manusia, kita memang harus berikhtiar dan berdoa agar terhindar dari virus corona ini. Akan tetapi, sekuat dan semaksimal bagaimana pun kita berusaha, jika waktunya sudah datang, maka terinfeksi juga.

Positif Covid-19 sungguh menyiksa. Tak bisa dianggap remeh. Meskipun demikian, jangan panik. Panik membuat pikiran tidak jernih.

Meskipun saya telah dua kali melakukan Vaksinasi , tetapi tetap saja terjangkit. Demam sangat tinggi. Istri saya beberapa kali melakukan kompres. Melakukan hal apa pun menjadi berat. Apalagi disertai dengan sakit kepala.

Untuk Anda yang tidak mempunyai keperluan mendesak di luar rumah, sebaiknya di rumah saja. Jika memang sangat urgen, sebaiknya melaksanakan protokol kesehatan yang ketat.

Penutup

Selain apa yang kami lakukan di atas, apabila positif Covid-19 usahakan untuk tidak panik. Setelah berangsur-angsur pulih, kami melakukan aktivitas seperti biasa di rumah. Misalnya bersih-bersih, memasak, bekerja, serta bermain bersama anak.

Setiap hari kami mengonsumsi vitamin, baik yang disediakan Kemenkes maupun beli sendiri. Sayuran yang sering kami konsumsi berupa bayam, kacang-kacangan, wortel, kol, hingga kangkung.

Sementara untuk buah, yaitu pepaya, semangka, rambutan, bahkan jambu.

Alhamdulillah. Setelah kami dinyatakan pulih dari positif Covid-19, kembali bisa beraktivitas di luar rumah.  

Demikian. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan